Wellcome to Hafshatuz Zikra Blog's

Jumat, 27 Mei 2011

SRIKANDI 3 (^_^)

“Alhamdulillah………..”
Sayu kudengar suara dari sahabatku ratri. Aura kebahagiaannya terasa hangat, sehangat mentari sore waktu itu. Semilir angin pantai menambah dalamnya rasa syukur, warna jingga keemasan sore itu serasa warna yang paling indah.
“Put, makasih ya….kamu adalah sahabat terbaik. Aku ngak tau bagaimana caranya untuk berterima kasih padamu. Atas semua support dan saran darimu teman…”

Waktu itu aku hanya tersenyum, lega.
Ratri adalah sahabatku sejak beberapa bulan yang lalu. Pertemuan-pertemuan yang tidak disengaja, yang akhirnya berbuah persahabatan. Aku dan dia sama. sama-sama senang bicara, tidak butuh waktu yang lama bagi kami untuk saling mengenal. Aku tau dia hingga keluarganya, dan dia tau aku dan keluargaku.

“gimana hari ini, sukses???” begitulah caraku menyapanya setiap hari.
“Alhamdulillah, hari ini aku dapat banyak. Aku ketemu sia anu blab la bla…….” Uraian panjang dan sulit untuk dihentikan.
Kami saling berbagi keluh kesah dan berempati. Aku tau bahwa ratri adalah gadis yang istimewa. Dia gadis pintar, selalu optimis. Kondisi keluarganya yang sederhana mengharuskannya agar bersabar dalam mencapai cita-cita. Keinginannya untuk mengenyam bangku perkuliahan belum terwujudkan hingga kini. 3 tahun yang lalu, ratri menyelesaikan pendidikan di SMA.

“put, pokoknya aku akan kuliah tahun ini. Aku yakin aku bisa….alhamdulillah tabunganku sejak kerja disini sudah cukup untuk biaya kuliah ku nanti. Mohon do’anya ya teman….”

“ok, siiip…aku akan selalu mendoakanmu. Yakinlah bahwa Allah akan memberi apa yang kamu inginkan pada saat yang tepat. Tetaplah optimis, dan tetap semangat dalam bekerja, supaya dapat bonus banyak hahaha…..”

“dasar putri errorrr…….” Katanya sambil mencubitku.

“eh gimana kabar amak? Sehat kan? Trus uni gimana perkembangannya?” tanyaku pada ratri siang itu.

Dengan wajah yang dibuatnya kembali bersemangat dia berkata “ yah….alhamdulillah amak sehat. Walau beberapa hari yang lalu sempat sakit. Uni? Uni sekarang lagi menjalani masa terapi dan pengobatan. Aku benar-benar bersyukur mendapatkan relasi seperti dokter Nanik. Dia baik sekali, memberikan konsultasi terapi gratis ke kakakku…….”

“tapi uni ada perkembangan kan, aku yakin dia pasti akan sembuh” kutatap dia dengan tatapan yang meyakinkan.
beberapa tahun terakhir sejak ratri bekerja, ratri membantu amak dan ayahnya dalam biaya belanja rumah tangga.

Amak dan ayah ratri adalah seorang petani biasa, yang berpenghasilan seadanya. Ratri terpaksa memberikan suntikan dana, agar semua berjalan dengan baik. Dan tidak hanya itu, ratri memiliki seorang kakak perempuan yang sedang mengalami penyakit kelainan jiwa. Tanpa tau apa penyebabnya, sang kakak berperilaku tidak normal dan suka melakukan hal-hal diluar dugaan. Keluarga ratri pasrah dengan kondisi sang kakak yang sudah tidak bisa diobati, tapi tidak dengan ratri. Ratri memiliki tekad yang kuat untuk menyembuhkan kakaknya sebagaimana dia bertekad untuk kuliah. Berkat kerja keras dan keinginan yang kuat, akhirnya Allah memperkenalkan ratri dengan seorang dokter berhati mulia. Dokter itulah yang selalu memantau perkembangan kakak ratri dan memberikan saran-saran dalam rangka proses penyembuhan kejiwaannya. Sulit tapi bisa, begitulah prinsip ratri. Meski obat-obat yang disarankan harus ditebus dengan biaya yang mahal. Biasa yang harus ditanggung oleh ratri, sendiri……

“put, besok nginap dirumah ya. Rambutanku udah pada matang dan sepupuku kebetulan mau nikahan. Mau ya, biar ku kenalkan dirimu ke orang-orang rumah”

“hmmmm…gimana ya? Besok ada acara sih….tapi ngak papa lah. Kapan lagi aku ketemu sama keluarga mu. Ya kan??hehee….”

Malam itu akhirnya aku nginap dirumah ratri. Tidak jauh dari apa yang diceritakan bahwa rumah ratri adalah rumah sederhana yang terbuat dari kayu. Ada dua kamar, tapi dihuni oleh dua kepala keluarga. Ratri dengan orang tua dan kakak nya yang sedang sakit, kemudian kakaknya yang telah bersuami dan memiliki beberapa anak juga tinggal dirumah itu. Sehingga selalu rame. Keluarga ratri adalah keluarga sederhana, tanpak dari bagaimana cara orang tua dan kakaknya saling berkomunikasi. Belakangan ratri menceritakan bahwa kondisi keluarga juga kadang membuatnya tertekan, tinggal se atap dengan kakak ipar menjadi tantangan luar biasa yang harus dihadapinya. Ratri pernah mengalami peristiwa tragis, yang sangat memalukan. Dan itu dilakukan oleh kakak iparnya. Tapi apa daya, kisah itu dipendam ratri rapat-rapat demi kebahagiaan rumah tangga kakaknya. Meskipun menyisakan trauma yang tak kunjung terobati hingga kini. Ada ketakutan-ketakutan tertentu yang dirasakan oleh ratri terhadap kakak iparnya itu, tapi semua ditepis dan dikubur dalam-dalam…….

“whuaaa……aku mau makaaaaannnnnn…..!!! maaaakkkkkkk…….”
Kulihat kakak ratri yang sedang sakit berteriak minta makan. Emosi kakaknya sangat labil dan sulit untuk dikendalikan. Kakak ratri jelas tidak malu kepadaku, dan bahkan tak mau tau kalau aku adalah tamunya. Sikapnya seperti anak kecil, tapi usianya sudah 30tahunan. Harus dengan kesabaran tingkat tinggi dan hanya ratri yang mampu mengendalikan emosinya untuk bisa sedikit tenang….benar-benar hanya ratri yang bisa…..

“rat, apa yang kamu rasa??”

“maksudnya??” ratri bertanya kepadaku dengan nada heran.

“aku salut sama kamu, kamu terlalu sabar…….”

Kulirik ke atap rumah ratri yang tanpak sudah semakin tua. Kuhela nafas dalam-dalam. Malam itu aku berada di sebuah kamar, dimana ratri beristirahat setiap malamnya. Kamar 3 kali 4 yang kurasa cukup sesak. Disudutnya ada onggokan padi, kemudian Sebuah lemari yang sudah sangat tua dan kasur tipis seukuran tubuhnya. Gantungan baju dikamar itu membuatku merasa kurang nyaman. Mataku tak bisa terpejamkan, tapi kulihat ratri tertidur pulas. Malam itu Aku benar-benar merasa kalah oleh seorang ratri……..salut….
***

Dan Dipantai sore itu kulihat raut wajah ratri terharu bahagia. Karena dia akan segera menjadi mahasiswa. Tabungannya telah mencukupi. Kulihat matanya berbinar-binar.
***

“hallo ratri, gimana kabar dirimu teman? Berapa IP mu?”
“Alhamdulillah putri, aku sehat. Kamu gimana? Tau ngak, aku dapat IP 3,7…hahaha mantap kan”
“wewww…..mantap, aku salut sama kamu. Semoga ntar cum laude ya. Rat, gimana kabar keluarga disana? Ngak terasa udah dua tahun kita ngak ketemu ya……”
“iya, aku kangen sama kamu. Uni Alhamdulillah sudah jauh berobah. Pengobatannya tinggal dikit lagi, amak ayah sehat Alhamdulillah. Berkat doa kamu juga…….”
Subhanallah, aku selalu rindu dengan ratri. Ketegaran dan kerja kerasnya membuatku selalu termotivasi. Jarang kutemukan gadis seperti ratri. Baru satu…ya baru ratri.
Gadis kuat yang memiliki semangat tinggi. Tidak mudah putus asa dan pekerja keras. Satu hal lagi, ratri adalah gadis yang sholehah.
“sukses ya ratri………..” lirihku buat ratri, sang srikandi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hayo teman, kasih komentar kamu.....thanks before