Wellcome to Hafshatuz Zikra Blog's

Selasa, 31 Mei 2011

Tanduk Kijang Nan Gagah

seekor kijang sedang rehat di tepi sebuah sungai yang jernih di sebuah rimba. si kijang melihat bayangan tubuhnya secara utuh dipermukaan air sungai itu.

"alangkah indahnya tanduk ku ini, menjulang bagaikan mahkota raja. hanya aku yang memiliki tanduk seperti, aku lah yang paling sempurna......." gumamnya dalam hati. kemudian si kijang melihat bayangan tubuhnya bagian bawah, dan......

dengan wajah sedih si kijang bergumam, "oh...alangkah kecilnya kaki ku ini. tidak seperti kaki binatang lain yang tanpak kekar. kakiku ini mengurangi kegagahan ku. mengurangi nilai diriku" sikijang tidak menyukai kaki kecilnya itu.

dengan wajah yang muram dan langkah yang gontai akhirnya si kijang menjauhi sungai, untuk saat itu tidak ingin melihat bayangan kakinya dipermukaan air sungai.

tidak lama kemudian, kijang mendengarkan suara berisik dibalik semak- semak tidak jauh dari sungai tempatnya rehat. ternyata dibalik semak itu, ada seekor  harimau ganas yang seketika siap untuk menerkam kijang.

tanpa pikir panjang kijang langsung melompat berlari sekuat tenaga untuk menghindari terkaman harimau itu. dengan energi yang luar biasa kijang terus berlari. berbagai medan ditempuhinya, semak hingga kerawa. kakinya yang kecil membuatnya berlari dengan baik, kijang berhasil menyelamatkan diri dari kejaran harimau. dia berlari dengan sangat baik, dan harimaupun kehilangan jejak.

"ah....beruntung aku memiliki kaki kecil seperti ini sehingga bisa berlari dengan kencang. tidak seperti harimau...." begitulah gumam kijang. kini ia berjalan santai karena sudah merasa aman. akhirnya sampailah si kijang pada areal hutan yang memiliki banyak pepohonan dan semak yang tinggi. kijang dengan hati hati berjalan di semak itu, perlahan lahan dan akhirnya tanduknya yang gagah tersangkut pada semak pepohonan. kijang berupaya melepaskan tanduknya yang tersangkut di semak, dan malang tak dapat dihindari ternyata harimau yang tadi mengejarnya sudah berada di semak yang sama. dan akhirnya.....tanduk yang gagah itu membuat kijang diterkam mangsa.........

"ah.......andai aku tidak punya tanduk......."

Senin, 30 Mei 2011

Mungkinkah "Fikiranmu yang terkunci?"

disebuah negara, terkenallah seorang juru pembuka kunci yang hebat. dalam hitungan detik apapun jenis kunci yang dihadapkan padanya akan langsung terbuka. semua orang tak terkecuali pemerintah penasaran jenis kunci apakah yang harus dibuat sehingga si juru kunci tidak bisa lagi membuka.


pada suatu ketika, negara tetangga tempat si juru kunci tinggal menciptakan sebuah sistem penjagaan rumah tahanan yang sangat canggih. negara tersebut menciptakan pengamanan berbasis tegnologi yang komplit dan  sistem deteksi yang cepat. negara tetangga tersebut mengundang si juru kunci apakah sistem yang super canggih ini pun mampu ditaklukkan oleh juru kunci.

akhirnya sijuru kunci didatangkan ke negara tetangga dengan bayaran yang sangat mahal, pemerintah negara tersebut ingin menguji coba sistem yang telah mereka ciptakan. akhirnya pada hari H sijuru kunci megeluarkan semua jurus nya untuk membuka sebuah pintu. biasanya hanya butuh waktu beberapa menit bahkan kadang hitungan detik pintu itu akan terbuka. pada 1 menit pertama, pintu belum terbuka. sang juru kunci nampak masih bersabar. masuk ke 5 menit pertama juru kunci terlihat gelisah karna pintu belum juga terbuka. para penontong mulai tanpak riuh. 10 hingga 20 menit berlalu pintu belum juga terbuka. juru kunci sudah  tanpak sangat malu dan mulai sedikit putus asa. penonton melihat sebuah kawat kecil dibalik jubah juru kunci. hingga akhir nya 30 menit dan sampai dimenit ke 60 pintu belum juga terbuka.

penonton kini mulai gusar dan kecewa terhadap juru kunci, juru kunci tersebut benar-benar kini telah putus asa dan sangat malu atas pertunjukan itu. akhirnya di hempaskan kepalanya ke pintu dan pintu itu terbuka.

ternyata sejak awal pintu itu tidak pernah terkunci, fikiran juru kunci lah yang mengatakan bahwa pintu itu terkunci.

sekarang apakah mungkin fikiran kita juga terkunci? hingga semua terasa sulit, sempit dan melelahkan? mari buka kunci fikiran kita. biarkan ia BEBAS.....

Jumat, 27 Mei 2011

SRIKANDI 3 (^_^)

“Alhamdulillah………..”
Sayu kudengar suara dari sahabatku ratri. Aura kebahagiaannya terasa hangat, sehangat mentari sore waktu itu. Semilir angin pantai menambah dalamnya rasa syukur, warna jingga keemasan sore itu serasa warna yang paling indah.
“Put, makasih ya….kamu adalah sahabat terbaik. Aku ngak tau bagaimana caranya untuk berterima kasih padamu. Atas semua support dan saran darimu teman…”

Waktu itu aku hanya tersenyum, lega.
Ratri adalah sahabatku sejak beberapa bulan yang lalu. Pertemuan-pertemuan yang tidak disengaja, yang akhirnya berbuah persahabatan. Aku dan dia sama. sama-sama senang bicara, tidak butuh waktu yang lama bagi kami untuk saling mengenal. Aku tau dia hingga keluarganya, dan dia tau aku dan keluargaku.

“gimana hari ini, sukses???” begitulah caraku menyapanya setiap hari.
“Alhamdulillah, hari ini aku dapat banyak. Aku ketemu sia anu blab la bla…….” Uraian panjang dan sulit untuk dihentikan.
Kami saling berbagi keluh kesah dan berempati. Aku tau bahwa ratri adalah gadis yang istimewa. Dia gadis pintar, selalu optimis. Kondisi keluarganya yang sederhana mengharuskannya agar bersabar dalam mencapai cita-cita. Keinginannya untuk mengenyam bangku perkuliahan belum terwujudkan hingga kini. 3 tahun yang lalu, ratri menyelesaikan pendidikan di SMA.

“put, pokoknya aku akan kuliah tahun ini. Aku yakin aku bisa….alhamdulillah tabunganku sejak kerja disini sudah cukup untuk biaya kuliah ku nanti. Mohon do’anya ya teman….”

“ok, siiip…aku akan selalu mendoakanmu. Yakinlah bahwa Allah akan memberi apa yang kamu inginkan pada saat yang tepat. Tetaplah optimis, dan tetap semangat dalam bekerja, supaya dapat bonus banyak hahaha…..”

“dasar putri errorrr…….” Katanya sambil mencubitku.

“eh gimana kabar amak? Sehat kan? Trus uni gimana perkembangannya?” tanyaku pada ratri siang itu.

Dengan wajah yang dibuatnya kembali bersemangat dia berkata “ yah….alhamdulillah amak sehat. Walau beberapa hari yang lalu sempat sakit. Uni? Uni sekarang lagi menjalani masa terapi dan pengobatan. Aku benar-benar bersyukur mendapatkan relasi seperti dokter Nanik. Dia baik sekali, memberikan konsultasi terapi gratis ke kakakku…….”

“tapi uni ada perkembangan kan, aku yakin dia pasti akan sembuh” kutatap dia dengan tatapan yang meyakinkan.
beberapa tahun terakhir sejak ratri bekerja, ratri membantu amak dan ayahnya dalam biaya belanja rumah tangga.

Amak dan ayah ratri adalah seorang petani biasa, yang berpenghasilan seadanya. Ratri terpaksa memberikan suntikan dana, agar semua berjalan dengan baik. Dan tidak hanya itu, ratri memiliki seorang kakak perempuan yang sedang mengalami penyakit kelainan jiwa. Tanpa tau apa penyebabnya, sang kakak berperilaku tidak normal dan suka melakukan hal-hal diluar dugaan. Keluarga ratri pasrah dengan kondisi sang kakak yang sudah tidak bisa diobati, tapi tidak dengan ratri. Ratri memiliki tekad yang kuat untuk menyembuhkan kakaknya sebagaimana dia bertekad untuk kuliah. Berkat kerja keras dan keinginan yang kuat, akhirnya Allah memperkenalkan ratri dengan seorang dokter berhati mulia. Dokter itulah yang selalu memantau perkembangan kakak ratri dan memberikan saran-saran dalam rangka proses penyembuhan kejiwaannya. Sulit tapi bisa, begitulah prinsip ratri. Meski obat-obat yang disarankan harus ditebus dengan biaya yang mahal. Biasa yang harus ditanggung oleh ratri, sendiri……

“put, besok nginap dirumah ya. Rambutanku udah pada matang dan sepupuku kebetulan mau nikahan. Mau ya, biar ku kenalkan dirimu ke orang-orang rumah”

“hmmmm…gimana ya? Besok ada acara sih….tapi ngak papa lah. Kapan lagi aku ketemu sama keluarga mu. Ya kan??hehee….”

Malam itu akhirnya aku nginap dirumah ratri. Tidak jauh dari apa yang diceritakan bahwa rumah ratri adalah rumah sederhana yang terbuat dari kayu. Ada dua kamar, tapi dihuni oleh dua kepala keluarga. Ratri dengan orang tua dan kakak nya yang sedang sakit, kemudian kakaknya yang telah bersuami dan memiliki beberapa anak juga tinggal dirumah itu. Sehingga selalu rame. Keluarga ratri adalah keluarga sederhana, tanpak dari bagaimana cara orang tua dan kakaknya saling berkomunikasi. Belakangan ratri menceritakan bahwa kondisi keluarga juga kadang membuatnya tertekan, tinggal se atap dengan kakak ipar menjadi tantangan luar biasa yang harus dihadapinya. Ratri pernah mengalami peristiwa tragis, yang sangat memalukan. Dan itu dilakukan oleh kakak iparnya. Tapi apa daya, kisah itu dipendam ratri rapat-rapat demi kebahagiaan rumah tangga kakaknya. Meskipun menyisakan trauma yang tak kunjung terobati hingga kini. Ada ketakutan-ketakutan tertentu yang dirasakan oleh ratri terhadap kakak iparnya itu, tapi semua ditepis dan dikubur dalam-dalam…….

“whuaaa……aku mau makaaaaannnnnn…..!!! maaaakkkkkkk…….”
Kulihat kakak ratri yang sedang sakit berteriak minta makan. Emosi kakaknya sangat labil dan sulit untuk dikendalikan. Kakak ratri jelas tidak malu kepadaku, dan bahkan tak mau tau kalau aku adalah tamunya. Sikapnya seperti anak kecil, tapi usianya sudah 30tahunan. Harus dengan kesabaran tingkat tinggi dan hanya ratri yang mampu mengendalikan emosinya untuk bisa sedikit tenang….benar-benar hanya ratri yang bisa…..

“rat, apa yang kamu rasa??”

“maksudnya??” ratri bertanya kepadaku dengan nada heran.

“aku salut sama kamu, kamu terlalu sabar…….”

Kulirik ke atap rumah ratri yang tanpak sudah semakin tua. Kuhela nafas dalam-dalam. Malam itu aku berada di sebuah kamar, dimana ratri beristirahat setiap malamnya. Kamar 3 kali 4 yang kurasa cukup sesak. Disudutnya ada onggokan padi, kemudian Sebuah lemari yang sudah sangat tua dan kasur tipis seukuran tubuhnya. Gantungan baju dikamar itu membuatku merasa kurang nyaman. Mataku tak bisa terpejamkan, tapi kulihat ratri tertidur pulas. Malam itu Aku benar-benar merasa kalah oleh seorang ratri……..salut….
***

Dan Dipantai sore itu kulihat raut wajah ratri terharu bahagia. Karena dia akan segera menjadi mahasiswa. Tabungannya telah mencukupi. Kulihat matanya berbinar-binar.
***

“hallo ratri, gimana kabar dirimu teman? Berapa IP mu?”
“Alhamdulillah putri, aku sehat. Kamu gimana? Tau ngak, aku dapat IP 3,7…hahaha mantap kan”
“wewww…..mantap, aku salut sama kamu. Semoga ntar cum laude ya. Rat, gimana kabar keluarga disana? Ngak terasa udah dua tahun kita ngak ketemu ya……”
“iya, aku kangen sama kamu. Uni Alhamdulillah sudah jauh berobah. Pengobatannya tinggal dikit lagi, amak ayah sehat Alhamdulillah. Berkat doa kamu juga…….”
Subhanallah, aku selalu rindu dengan ratri. Ketegaran dan kerja kerasnya membuatku selalu termotivasi. Jarang kutemukan gadis seperti ratri. Baru satu…ya baru ratri.
Gadis kuat yang memiliki semangat tinggi. Tidak mudah putus asa dan pekerja keras. Satu hal lagi, ratri adalah gadis yang sholehah.
“sukses ya ratri………..” lirihku buat ratri, sang srikandi.

"ROHIS MENGAWAL MORAL BANGSA"

ROHIS KAMPUS, sebuah organisasi yang tak kan pernah kulupakan sepanjang perjalanan hidupku. Kini Hingga kelak telah di akhirat akan kusampaikan kepada Allah rasa terimakasih ku atas kesempatan yang Allah berikan hingga bergabung di ROHIS Kampus.
Tidak ada yang kudapatkan selama bergabung dengan ROHIS selain kebaikan. Na’uzubillah min dzalik, entah apa yang akan terjadi pada diriku kini bila dulu tidak Allah kenalkan aku pada mereka aktifis ROHIS Kampus. Kubayangkan aku akan menjadi gadis centil yang mengikuti segala mode, bergaul kesana kemari mengikuti trend mereka yang ada disekelilingku waktu itu. Tau kenapa? Karena aku tak punya prinsip apa-apa, terombang ambing dalam kebodohan dan bahkan sering melakukan aktifitas yang mendzolimi diri sendiri. Konkow konkow, yang penting happy.
Hingga akhirnya Allah kenalkan aku kepada mereka. Mereka hingga kini kucintai karena Allah. Para aktifis Rohis kampus yang baik, sholeh dan sholehah. Aku terpesona dengan nilai-nilai kebaikan yang senantiasa mereka tebarkan disepanjang koridor, taman, kantin dan bahkan diseluruh penjuru kampus. Berpakaian syar’I menutupi aurat, rapi dan terlihat anggun. Bersahaja, menebar senyum kepada siapa saja, suka membantu tanpa pamrih dan selalu rutin sholat duha. Tidak pernah kutemukan diantara mereka yang menghabiskan waktu sia-sia.
Mereka sibuk, bahkan terlalu sibuk dengan kegiatan kebaikan. Berdakwah, mengajak siapa saja untuk mengenal islam lebih dalam. Tidak hanya sebagai ilmu teori tapi menerapkannya dalam kehidupan sebagaimana yang mereka contohkan. Mengajak mahasiswa/I untuk mengenal Allah, rasul, sahabat, sahabiyah, ajaran islam yang sempurna. Bagi yang putri untuk berpakaian syar’i, menjaga hubungan dengan para lelaki, menggunakan waktu untuk hal yang bermanfaat, berbakti kepada orang tua, berprestasi kapan saja dan dimana saja, amanah, jujur, sabar, ikhlas dan menebarkan manfaat dimana saja berada.
Bagaikan maghnet, aku terpesona. Aku akhirnya aktif dirohis, memiliki kelompok ngaji. Kelompok tempat segalanya berawal. Dikelompok ini lah aku ditempa, hingga aku mengenal siapa Allah, siapa Rasulullah, siapa aku sebagai manusia. Disini aku diberitahu hakikat sholat yang sesungguhnya, kemuliaan ibadah sunah seperti duha, qiyamullail, membaca quran, puasa sunnah, berinfak, bersilaturrahmi, berbakti kepada ibu bapak, membaca buku buku bermanfaat, meningkatkan kualitas diri, mengasah kecerdasan emosional dengan melatih kesabaran, keikhlasan, lapang dada. Semua itu sebelumnya TIDAK PERNAH AKU KETAHUI.
Inilah yang dilakukan rohis kampus, mencetak pemuda/I islam yang berkepribadian islami. Yang berkasih sayang menebar kebaikan. Salah bila hari ini para orang tua merasa takut terhadap anaknya yang aktif dirohis kampus, salah bila mereka ikut terbawa propaganda isu-isu negative tentang rohis kampus. Rohis tidak pernah mengajarkan kekerasan dalam  menyebarkan islam.
Rohis tidak melahirkan para terorisme, tetapi rohis melahirkan pemuda islam yang taat dan intelektual. Para pemuda yang mencintai Allah dan rasulnya, mencintai diri sendiri, mencintai kedua orang tua, mencintai orang-orang sekelilingnya, mencintai bangsa dan agamanya. Para pemuda islam yang kuat dan tidak terpengaruh arus globalisasi, para pemuda yang menebarkan kebaikan. Mendakwahkan islam dengan ilmu dan tauladan. Berlemah lembut kepda sesama, menghormati yang tua, menghargai sesame besar dan mencintai yang kecil. Ini lah pemuda islam yang berakhlak mulia. Moral bangsa ada pada pemuda dan moral itu akan dilahirkan salah satunya dari rahim rohis kampus. Berjayalah bangsa yang memiliki pemuda bermoral tinggi. Berjaya nya rohis kampus, berjayanya bangsa

TIDAK PERLU MENGGADAIKAN BUKIT TENGAH....

Tiba tiba aku ingin bersujud dihadapan Allah sebagai rasa syukur ku. Aku tak peduli bahwa aku sedang berada di sebuah jalan setapak antara rumahku dengan rumah nenek. Disitu aku bersimpuh sesaat ketika suara adzan magrib baru saja dikumandangkan. Sinar  jingga telah mulai menghilang berganti dengan kegelapan yang perlahan menyelimuti seluruh kampung….magrib….

“Rara? Ngapain disitu…….”

Aku dikejutkan oleh suara seorang lelaki. Aku kaget dan langsung berdiri. Dengan sedikit malu aku tersenyum pada lelaki itu. Dia adalah tetanggaku yang baru saja pulang mandi dari “luak”.
“Eh….Uda. Nggak……ini Rara lagi ngambil sesuatu yang jatuh”
Kujawab sekenanya dan akupun berlalu dengan senyum terharu, sedikit sisa air mata dipipiku…

***
“Bah, si Iyel katanya mau kuliah……” malam itu kubuka pembicaraan dengan Abah.
“Kulliah??? Kau dengan apa mau kuliah Rara?? Dasar anak tak tau diri, apa yang mau kau gadaikan? Bukit tengah ini? Kerbau mana yang mau kau jual? Berapa luas tanah yang kau punya……..”
“makan aja susah…….” Kudengar Abah menggerutu. Tiba-tiba Abah sangat sensitif..
“Memangnya siapa yang minta kuliah Abah? Rara kan cerita si iyel……..” Aku berusaha menjawab dengan suara selembut mungkin agar Abah agak sedikit reda.

Makan malam bersama. Aktifitas yang tidak pernah tertinggal dalam keluarga sederhanaku. Setelah melaksanakan sholat magrib, aku, abah, ibu dan ketiga orang adikku akan segera berkumpul. Aku dan ibu sibuk menghidangkan makan malam. Semuanya tanpa diperintah, karena memang kebiasaan ini telah mengakar dikeluarga kami. momen makan malam adalah momen untuk membicarakan segalanya. Aku dengan semua keinginanku, adik adik ku dengan aktifitasnya seharian, abah dengan keluh kesahnya, dan ibu lah yang selalu menjadi pendengar sejati. Ibu jarang berkeluh kesah, beliau hanya berkomentar lalu akan tersenyum. Malam ini abah terlihat pendiam, dia sedikit gusar dengan ceritaku tentang Iyel. Ibu kulihat tidak senang dengan sikap Abah. Dan mereka berdua tidak dapat kumengerti, khususnya malam itu……..
***
Minggu ini minggu yang sibuk di sekolah. Khususnya mereka yang hari ini telah kelas tiga. Kami kini berada disemester dua kelas 3 SMA. Siswa, guru, staf bahkan penjaga sekolah membicarakan tentang kelulusan dan kelanjutan kami setelah SMA.

Bapak kepala sekolah pagi ini memberikan nasehat khusus. Upacara bendera pagi ini bertemakan PMDK, persiapan kelulusan dan persiapan SPMB. Kepala sekolah memberitahukan bahwa minggu ini sudah ada beberapa Universitas yang akan memberikan kesempatan penerimaan mahasiswa baru lewat jalur khusus yaitu PMDK. PMDK selalu ada setiap tahunnya, tidak sedikit dari siswa SMAku lulus program ini. Kiri kanan kulihat sebagian besar teman-temanku agak sedikit ribut, mereka  membicarakan tentang beberapa Universitas yang diminatinya. Dan aku…..

***
“Ra, kamu bener gak mau ambil PMDK? Nilaimu kan memenuhi….., aku insyaAllah ambil, aku mau jadi guru. Aku mau kuliah di UNP. Ibuku telah mengizinkan, abangku yang akan membiayai semuanya”
Iyel bercerita dengan begitu semangat. Kulihat matanya berbinar-binar penuh harapan. Iyel dengan segala impiannya waktu itu. Aku sedikit tidak senang. Aku iri…..
“Nggak….aku ngak bakalan kuliah yel. Aku tidak mampu. Lihat sendirilah kehidupan keluargaku. Lulus SMA aja aku Alhamdulillah…..”
Aku berusaha menahan kesedihanku, aku hanya ingin tetap tersenyum meskipun terlalu pahit.

***
Minggu ini adalah minggu tersibuk buat “mereka”. Sebagian dari mereka diizinkan untuk tidak ke sekolah karena harus mengurus surat keterangan sehat, akte kelahiran dan lain-lain yang menjadi syarat pengajuan PMDK. Mayoritas siswa di kelasku mengurusnya, karena memang kelasku terdiri dari siswa berprestasi sejak kelas satu. Kelas khusus…
Di tempat kos pun terlihat sibuk. Beberapa teman ikut PMDK, terutama mereka yang sejurusan denganku. Di kos ini ada 3 siswa IPA. Aku, iyel dan lili. Dan hanya aku yang tidak sibuk…..

“Kamu nggak ikut PMDK?”
“Nggak……”

Dengan wajah yang tidak mengeenakkan aku langsung masuk kamar. Kulihat temanku yang baru saja bertanya kebingungan. Dia bingung karena tidak tau apa “salahnya” sehingga aku bersikap tidak mengenakkan. Akulah yang salah, karena untuk saat itu aku sangat benci dengan pertanyaan-pernyataan dan cerita tentang PMDK. Aku benar benar tidak suka dan mereka yang ada disampingku akan menjadi korban perlakuan dan sikap yang kurang mengenakkan.

***
Alhamdulillah sabtu telah tiba. Saatnya pulang kampung. Aku rindu Ibu. Sore itu aku menemani Ibu memasak didapur. Kulihat dapurku semakin parah. Dapur yang berukuran tidak lebih dua kali dua meter itu terlihat becek disana sini. Ibu kesulitan. Aku duduk ditangga dapur.

“Bu…..”
“Ya…..” kulihat Ibu agak sedikit kerepotan untuk memasak dengan kondisi dapur yang becek.
“Dapur kita atapnya semakin banyak yang bocor ya….” Tanyaku dengan lugu.
“iya, kayu-kayu jadi ikut basah. Masak nasi aja susah…..”
“Bu, tau nggak…teman-teman Rara minggu ini sibuk semua ngurus PMDK. Itu lho, program khusus buat anak-anak berprestasi, yang bisa masuk kuliah tanpa tes. Banyak teman-teman Rara yang ikut. Iyel, lili. Rara sering ditanya, kenapa tidak ikut. Guru-gurupun heran kenapa Rara tidak ambil kesempatan ini. Rara stress dibuatnya…..”
“Nggak usah stress nak, bilang aja sama mereka kalau kamu tidak melanjutkan ke tinggkat kuliah. Ibu yakin kamu bisa dapat kerja setamat SMA nanti. Kata ibu Ita, dia nanti bisa bantu carikan kamu kerja. Kuliah butuh uang yang banyak nak….mau kita cari kemana?”
Suara ibu lembut dan meyakinkan. Ibu tidak mau bersedih dengan kesedihanku. Sore itu kami tersenyum getir.
“Bu…mana Uni?Belum pergi kan bu?” tiba-tiba suara adikku yang bungsu memecah pembicaraan kami. Dia selalu mengecek keberadaanku, hanya sekedar ingin tau apakah aku masih dirumah atau sudah kembali ke kos. Dia sangat menyayangiku, adik kecilku…..

***
“Alhamdulillah, akhirnya selesai juga Ra... Anak anak kelas kita sebagian besar ambil PMDK lho, Si Heni ambil UNIBRAW, kedokteran. Si Mela IPB, sianu………………………………..”
Aku tidak mendengar perkataan Iyel dengan jelas. Tidak berminat. Kulihat mereka begitu sumringah, harapan dan impian mereka akan segera terwujud. Menjadi seorang mahasiswa kemudian bekerja dengan memakai seragam dan yang laki-laki mungkin akan berdasi. Sementara aku, aku ingin jadi tukang jahit saja. Aku ingin belajar menjahit.

***
“Nak, setiap kemauan itu selalu ada jalan. Kita ini adalah manusia yang lemah, segala sesuatu itu ada ditangan ALLAH. Ketika kita memiliki kemauan, maka disitu ALLAH akan memberikan jalan. Kita tidak boleh berputus asa terhadap rahmat ALLAH. Itu sebuah dosa besar. Maka selayaknya kamu coba untuk ikut PMDK, bagaimana nanti itu adalah urusan ALLAH….”

Kemudian ibu guru biologi menceritakan kisah yang mirip dengan kisahku. Kisah anak-anak kurang mampu yang akhirnya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Aku tidak tahu, kenapa hari itu Bu Zainab dengan senang hati menasehatiku. Selesai belajar di laboratorium biologi, aku disuruh untuk tinggal sebentar.

“Ibu sarankan ambillah PMDK dari Politeknik UNAND ini. Ini adalah kesempatanmu yang terakhir. Walaupun Politeknik ini hanya D3, tidak apa-apa. Masalah uang, ibu bersedia meminjamkanmu uang. Bayarnya kapan-kapan saja”

Aku hanya tersenyum. kesedihan dan optimisme membuat hatiku siang itu begitu galau. Aku memang yakin bahwa ALLAH selalu membantuku. Dulu bukankah masuk SMP dan SMA juga penuh dengan perjuangan? Tapi buktinya aku bisa melalui semuanya.

Ku lihat dijari manisku ada sebuah cincin mas 23 karat. Hasil jerih payah ibu sebagai “buruh”.
***

Aku hari ini senang. Dipapan pengumuman sekolah terpampang kesempatan beasiswa untuk melanjutkan kuliah. Bagi yang lulus administrasi maka akan diikutkan dalam tes penjaringan mahasiswa baru. Dibiayai, dikasih uang saku dan transportasi. Bagi yang lulus tes maka universitas yang bersangkutan akan memberikan beasiswa selama satu tahun. Selanjutnya beasiswa akan dipertimbangkan sesuai dengan nilai mahasiswa tersebut selama satu tahun kuliah.
Dengan wajah yang sumringah kusapa temanku iyel siang itu.
“Ikut masukin beasiswa yuk…mana tau kita lulus. Lalu kita bisa kuliah…..” aku benar benar senang.
“Yuk, aku juga mau. PMDK ku kan belum tentu lulus juga. Mana tau ini lulus.”
Dan kami berdua dengan beberapa teman yang lainnya melengkapi persyaratan beasiswa itu. Tidak banyak yang ikut, karena memang khusus untuk siswa miskin.

***
“Ibu. Maaf……..” lirihku siang itu.
Aku bergegas mengurus surat keterangan sehat ke Puskesmas terdekat. Kemudian menyerahkan uang seratus dua puluh lima ribu rupiah ke Bu Zainab sebagai syarat pengambilan formulir PMDK Politeknik UNAND yang tinggal dua hari lagi. Aku dan satu lagi temanku, ya hanya dua  orang saja yang berminat mengambil PMDK ini. Mungkin karena D3 dan lagi pula yang lain sudah mengambil di Universitas yang lebih menarik dua minggu yang lalu.
“Wah kamu jadi ngambil ya Ra…kok nggak ambil yang kemaren-kemaren? Kan universitasnya lebih bagus”
“Mungkin rezekiku ini yel….oh ya kemaren juga ada beasiswa kuliah di AMPJ yang ada di Jogja kan? Kamu ambil? Aku kemaren juga masukin kesana…”
“Nggak lah….nggak minat…..” Iyel menjawab dengan agak sedikit lesu.
Minggu itu minggu yang menyenangkan.

***
Sabtu kembali datang dan aku harus segera pulang kampung. Kangen…..
Sore itu kembali kubantu ibu memasak didapur. Kali ini dapur dua kali dua  meter itu tidak lagi becek. Cuaca hari ini cukup bersahabat sehingga tidak ada hujan.

“Bu, Rara mau minta maaf…..”
“Minta maaf?Untuk apa nak?” Ibuku terlihat heran
Ku tunjukkan jariku kepada ibu. Ibuku kaget karena tidak ada lagi cincin 23 karat itu disana.
“Kemana cincinmu? Hilang dimana nak?” ibu benar benar terlihat kalut
Aku memeluk ibu dan menangis.
“Cincin itu Rara jual bu……Rara ingin ikut PMDK seperti teman teman yang lainnya. Rara hanya ingin membuktikan apakah lulus atau tidak…..”

Ibu melihatku lekat-lekat, dalam senyumnya penuh kegetiran.
“Kenapa kau ikut PMDK, kan kamu tau nak bahwa kamu tidak akan pernah kuliah. Ibu tidak tau bagaimana abahmu akan marah mendengarkan kamu ingin kuliah. Jangan bebani lagi abah….dia sudah cukup susah menghidupi kita……”
Kami menangis didapur kecil itu.

“Bu, kalau lulus PMDK itu tidak apa-apa kalau tidak diambil. Rara hanya ingin mengobati hati Rara yang sedih. Rara hanya ingin tau bagaimana hasilnya. Apakah Rara mampu bersaing dengan teman teman atau tidak…”
“Kalau tidak lulus Alhamdulillah, Rara kelak punya cerita bahwa pernah mengajukan PMDK. Dan kalaupun lulus Alhamdulillah ternyata Rara mampu bersaing dengan mereka meskipun tidak diambil bu…”

“Oh…….” Ibu memelukku. Aku merasakan aura kesedihannya yang menyelimutiku. Betapa tidak, aku harus berhenti disini disaat aku memiliki kemampuan untuk maju. Tidak semua orang bisa pintar tapi tidak semua orang pintar bisa untuk terus maju…..
***

“Rara, ada surat dari AMPJ Jogjakarta. Tadi disampaikan pak pos. katanya kamu diterima kuliah disana. Kamu dapat beasiswa…….” Abah menyampaikan berapi-api.
Aku mengambil amplop yang ada ditangan abah. Didalamnya tertera namaku Sdri Rangkuti Majenah. Bahwa aku diterima kuliah disana dengan jalur khusus. Dalam waktu seminggu kedepan aku harus segera daftar ulang ke Jogja. Uang pendaftaran sekitar satu juta.
***

Hari ini pengumuman hasil PMDK. Para siswa berkerumun padat dipapan pengumuman itu. Aku juga tak mau ketinggalan. Beberapa temanku melonjak kegirangan karena namanya tertera disana. Sebagian dari mereka tanpak keluar dengan lesu. Berarti tidak diterima. Kulihat iyel dan lili teman satu kos ku keluar dari kerumunan itu dengan wajah tidak bersemangat dan aku tau mereka tidak diterima.

Kerumunan itu mulai sepi, aku dengan leluasa bisa melihat pengumuman itu.
“Alhamdulillah……..” air mataku menetes. Aku benar benar terharu melihat namaku tercantum jelas dipapan pengumuman itu.
Rangkuti Majenah, D3 akuntansi Politeknik UNAND.
***

Sabtu itu sabtu yang luar biasa. Aku pulang dengan kabar gembira yang tentunya akan menyedihkan. Aku membawa sebuah amplop dari Politeknik Unand. Aku tau bahwa aku tidak akan mengambil PMDK ini, tapi aku hanya ingin membuat ibu dan abah bangga padaku. Bahwa aku anak yang berprestasi.

“Bah, Rara juga lulus PMDK politeknik UNAND jurusan akuntansi…daftar ulang tiga minggu lagi. Uangnya dua juta. Tapi Abah tidak usah takut karena Rara udah janji untuk tidak mengambilnya. Rara sudah bertekad akan bekerja setamat SMA…” dengan semangat aku meyakinkan abah malam itu.

Abah kulihat melihat atap rumah. Rumah yang sangat sederhana. Tempat kami tidur, makan, sholat dan berkumpul bersama. Disanalah aku dan tiga orang adikku dibesarkan hingga aku SMA. Rumah  itu tidak banyak berubah. Seingatku hanya atapnya yang pernah diganti. Selainnya seolah permanent disana….

“Abah kemaren bincang-bincang di kedai mak lanih, mereka menyuruh abah tetap menguliahkanmu. Abah akan konsultasi dulu sama si Af yang bekerja di kantor camat. Abah bingung bagusnya kamu kuliah di AMPJ jogja atau kita ambil Politeknik Unand saja. ALLAH akan mudahkan jalan kita meski abah tak punya uang satu sen pun……”
Kulihat mata abah berkaca kaca. Aku dan ibu pun berkaca kaca. Dalam keharuan kami sangat bahagia. Dengan satu keyakinan bahwa ALLAH akan mudahkan urusan kami. malam itu abah begitu berbeda. Aku sayang abah, walaupun pemarah, abah sangat penyayang. Dia sangat menyayangiku…..
***
Rasanya kebahagiaanku bertubi-tubi. Aku merasa mendapatkan durian runtuh. Setelah tau lulus AMPJ kemudian Politeknik UNAND dan ternyata hari ini aku mendapatkan kabar bahwa aku lulus seleksi  tes SPMB gratis….
***
Abah, ibu dan keluarga besarku semakin sayang padaku. Sungguh semuanya diluar dugaan. Aku benar benar telah membanggakan mereka. Disetiap sudut kampung, kini aku menjadi bahan pembicaraan para tetangga. Ada yang mengatakan aku akan ke Jogja dan ada pula yang mengatakan bahwa aku tidak mungkin akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

“Lihatlah…rumah nya aja kayak gitu. Gimana mau kuliah…….buat makan aja masih susah..memanglah anak anak sekarang kadang tidak tau diri. Selalu membebani orang tua…..”
Aku hanya tersenyum. Mereka terlalu sibuk dengan urusanku.
“Mereka tak punya Tuhan, makanya bicara seperti itu…….mereka tak tahu bahwa ALLAH Maha Kuasa…”

Kulihat abah menahan amarah. Kami memang sering diejek, tapi setiap ejekan selalu berbeda dengan kenyataannya. Mereka tidak tahu bahwa dengan hidup dalam kekurangan, kami menjadi keluarga bahagia yang selalu meminta dan bersyukur kepada yang Maha Kaya. Dan mereka tidak pernah merasakan betapa nikmatnya…..tidak akan pernah….
***
Dan magrib ini aku bersujud dijalan setapak ini karna bersyukur akan kebesaran ALLAH. Hari ini telah diputuskan bahwa aku akan kuliah di Politeknik Unand. Abah beserta keluarga besar akan mengupayakan uang pendaftaran sekitar dua juta itu. Minggu depan aku akan daftar ulang. Aku sangat bahagia. Cita-citaku sebagai tukang jahit memang tidak terwujud tetapi aku akan bekerja sebagai accounting tentunya.
***
Segala sesuatu kuasa ALLAH. Iyel yang dulu selalu memanas-manasiku tentang kuliah, ternyata tidak diperkenankan untuk itu. Dia sama sekali tidak pernah kuliah. Kini dia telah menikah dan memiliki satu anak dan kabarnya akan nambah satu lagi. Lili kini kuliah setelah satu tahun terlebih dahulu menganggur. Dan aku…, aku masih ingat nasehat Bu Zainab waktu itu. Aku berterima kasih kepada Beliau karena telah mengobarkan api semangat kepadaku hingga akhirnya aku nekat menjual cincin hasil jerih payah ibu tanpa izin. Perkuliahanku berjalan lancar. Tiga tahun berlalu dengan begitu cepat. Aku selalu mendapatkan beasiswa, sehingga boleh dikatakan aku kuliah dengan gratis. Ibu dan abah tidak pernah memikirkan uang semesterku. Semua telah dibayar lewat beasiswa hingga aku wisuda. Begitulah ALLAH dengan segala rahasianya.

ALLAH aku selalu tersanjung dengan kebesaranMU…..

Allah membuktikan kepada Abah bahwa untuk kuliahku abah tidak perlu punya banyak sawah, abah tidak perlu punya banyak kerbau, apalagi sampai menggadaikan BUKIT TENGAH. Satu satunya bukit yang ada dikampung kami…….
***
By. Maiyade Laila Yane A.Md
MENGENANG MASA SILAM ITU INDAH, MENAMBAH RASA SYUKUR….SEMOGA DAPAT DIAMBIL HIKMAH YA…..